Zaman Serba Ingin Lebih, Tapi Lupa Caranya Merasa Cukup: Pesan Stoik Donald Robertson yang Menyentuh Hati
- Cuplikan layar
Jakarta, WISATA – “Kita hidup di zaman yang membuat kita selalu ingin lebih, tapi lupa bagaimana cara merasa cukup.” Kutipan ini datang dari Donald Robertson, seorang psikoterapis kognitif sekaligus tokoh penting dalam kebangkitan filsafat Stoikisme modern. Kalimat ini sederhana, namun menggugah kesadaran banyak orang tentang kondisi kehidupan masa kini—khususnya di era digital yang dipenuhi tekanan untuk selalu ‘lebih’.
Dalam dunia yang setiap harinya membombardir kita dengan citra kesuksesan, gaya hidup mewah, dan pencapaian orang lain, rasa cukup menjadi sesuatu yang langka. Kita tidak lagi tahu kapan harus berhenti, atau bahkan merasa bersyukur atas apa yang sudah dimiliki.
Melalui filsafat Stoik yang diperkenalkannya lewat buku-buku seperti How to Think Like a Roman Emperor, Robertson mengajak kita untuk meninjau kembali apa makna “cukup” dalam hidup yang serba cepat dan kompetitif ini.
Dunia yang Menggoda Kita untuk Terus Mengejar
Tak bisa dimungkiri, kita hidup di dunia yang terus-menerus menawarkan “lebih”. Teknologi, media sosial, dan iklan mengarahkan kita untuk merasa kekurangan, agar kita terdorong membeli, mengejar, dan berlari lebih kencang. Sukses diukur dari jumlah pengikut, ukuran rumah, merek pakaian, atau banyaknya negara yang sudah dikunjungi.
Namun, menurut Robertson, ketika kita selalu terpapar pada citra-citra ideal ini, kita justru kehilangan koneksi dengan diri sendiri. Kita tak lagi tahu apa yang benar-benar membuat kita bahagia, karena standar kebahagiaan ditentukan oleh orang lain.
Lupa Cara Merasa Cukup