Tradisi Malam 1 Suro di Yogyakarta: Antara Sakral, Mitos, dan Fakta Budaya

Tradisi Ritual 1 Suro di Yogyakarta
Sumber :
  • IG/radioqjogja883

Yogyakarta, WISATA – Malam 1 Suro yang menandai pergantian tahun dalam kalender Jawa (Sura, bulan pertama dalam penanggalan Jawa) biasanya diperingati oleh masyarakat Yogyakarta dengan khidmat sesuai tradisi dan penuh makna spiritual.

Sukses Bisnis dan Kehidupan ala Naval Ravikant, Cocok untuk Anak Muda Era Digital

Tradisi ini tidak sekadar menjadi momen transisi waktu, tetapi juga ritual kultural yang menyatukan nilai-nilai kejawen, sejarah keraton, hingga praktik kebatinan.

Di lingkungan Keraton Yogyakarta, Malam 1 Suro selalu disambut dengan berbagai ritual sakral. Salah satu yang paling dikenal adalah kirab pusaka, yaitu arak-arakan benda-benda keramat milik keraton seperti tombak, keris, dan alat musik kuno. Kirab ini biasanya dimulai dari dalam kompleks keraton dan berakhir di titik-titik tertentu yang dipercaya memiliki kekuatan spiritual, seperti Tugu Pal Putih atau Pantai Parangkusumo. Benda-benda pusaka itu dipercaya memiliki kekuatan gaib, sehingga hanya orang-orang tertentu yang diperkenankan membawanya.

Panduan Stoikisme Digital: Pelajaran Hidup dari Naval Ravikant

Selain kirab, ritual tirakat dan laku tapa bisu juga dilangsungkan. Tapa bisu adalah prosesi berjalan kaki tanpa berbicara sepatah kata pun. Diam ini dimaknai sebagai upaya menahan hawa nafsu dan introspeksi diri. Ribuan orang—baik abdi dalem keraton maupun masyarakat umum—sering mengikuti prosesi ini dalam suasana yang hening dan penuh kekhusyukan.

Tradisi ini tak luput dari berbagai mitos yang berkembang di masyarakat. Salah satunya adalah kepercayaan bahwa malam 1 Suro merupakan malam “keramat” yang penuh aura mistis. Banyak orang percaya bahwa roh-roh leluhur atau makhluk halus “berkeliaran” lebih aktif dari malam-malam biasa. Karena itu, sebagian masyarakat menghindari pesta, pernikahan, atau bepergian jauh pada malam ini karena diyakini bisa mendatangkan kesialan.

Naval Ravikant: Kebahagiaan Itu Diciptakan, Bukan Ditemukan

Ada pula mitos bahwa keris-keris pusaka bisa bergerak sendiri pada malam Suro, atau bahwa lautan Pantai Selatan Yogyakarta menjadi lebih "hidup" karena energi dari Ratu Kidul—figur mitos yang dikaitkan dengan Keraton Yogyakarta dan dipercaya sebagai penguasa alam gaib wilayah laut selatan.

Di balik mitos-mitos tersebut, para budayawan menekankan bahwa Malam 1 Suro adalah simbol dari rewang, atau upaya manusia menyelaraskan diri dengan semesta. Kalender Jawa yang merupakan hasil perpaduan budaya Hindu, Islam, dan animisme telah menciptakan sebuah sistem spiritual yang unik.

Halaman Selanjutnya
img_title