Gunung Rinjani: Antara Mitos, Sejarah, dan Fakta Alam
- kwriu.kemdikbud.go.id
Lombok, WISATA – Gunung Rinjani, yang menjulang setinggi 3.726 meter di atas permukaan laut di Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat, bukan hanya gunung berapi tertinggi kedua di Indonesia, tetapi juga simbol spiritual, budaya, dan geologi yang kaya.
Baru-baru ini, gunung ini kembali menjadi sorotan setelah insiden tragis yang menewaskan seorang turis asal Brasil, mengingatkan kita bahwa keindahan alam sering kali datang bersama risiko yang tak terduga.
Nama "Rinjani" diyakini berasal dari tokoh mitologis Rara Anjani, seorang putri kerajaan yang memilih bertapa di puncak gunung setelah cintanya ditolak oleh sang ayah. Dalam legenda masyarakat Sasak, Rara Anjani kemudian menjadi Dewi Anjani, penjaga spiritual Gunung Rinjani. Banyak tempat di Lombok yang dinamai untuk menghormatinya, seperti Desa Anjani dan Gedung Dewi Anjani di Mataram.
Gunung Rinjani sarat dengan mitos yang masih dipercaya hingga kini. Beberapa di antaranya:
- Danau Segara Anak dipercaya bisa meramal umur seseorang: jika terlihat luas, pertanda umur panjang; jika sempit, sebaliknya.
- Larangan berkata kasar atau berpikiran negatif selama pendakian, karena dipercaya bisa mengundang petaka.
- Keberadaan istana jin di sekitar danau dan puncak gunung, yang hanya bisa dilihat oleh orang-orang tertentu.
- Pendaki yang hilang diyakini tersesat di dunia jin, bukan sekadar tersesat secara fisik.
Secara geologis, Rinjani adalah bagian dari Cincin Api Pasifik dan terbentuk akibat subduksi lempeng Indo-Australia ke bawah lempeng Eurasia. Gunung ini merupakan penerus dari Gunung Samalas yang meletus dahsyat pada tahun 1257, menyebabkan penurunan suhu global dan kehancuran kerajaan Pamatan.
Letusan Rinjani tercatat sejak 1847, dengan aktivitas signifikan pada 1944, 1966, 1994, 2004, dan terakhir pada 2009. Letusan-letusan ini membentuk kaldera besar yang kini menjadi Danau Segara Anak, dengan Gunung Barujari sebagai kerucut aktif di tengahnya.