Belajar Mengambil Keputusan Berani ala Tim Ferriss
- Image Creator/Handoko
Malang, WISATA — Banyak orang merasa hidupnya stagnan karena terlalu lama menunda keputusan penting. Entah itu berganti karier, memulai usaha, atau bahkan sekadar menyuarakan keinginan dalam hubungan pribadi. Kita terjebak dalam ketakutan dan asumsi “bagaimana jika gagal?” yang membuat langkah kita menjadi ragu-ragu. Namun bagi Tim Ferriss, tokoh Stoik modern yang dikenal lewat The 4-Hour Workweek dan Tools of Titans, keberanian mengambil keputusan justru menjadi gerbang menuju kehidupan yang lebih berarti.
Tim Ferriss tidak asing dengan rasa takut. Ia sendiri mengalami masa-masa penuh ketidakpastian, mulai dari kegagalan bisnis, krisis pribadi, hingga depresi. Namun justru dari pengalaman tersebut, ia merumuskan filosofi hidup yang berani—bahwa hidup terbaik hanya bisa diraih lewat keputusan-keputusan sulit.
Memahami Ketakutan Lewat “Fear-Setting”
Salah satu metode khas Ferriss yang banyak dibicarakan adalah fear-setting—sebuah teknik dari Stoikisme yang membantunya mengurai rasa takut. Alih-alih sekadar membuat daftar tujuan, Ferriss justru mengajak orang menuliskan skenario terburuk dari keputusan yang ingin mereka ambil. Apa yang paling ditakutkan? Seberapa besar kemungkinan itu terjadi? Dan yang terpenting, bagaimana cara memulihkannya jika hal terburuk terjadi?
Metode ini mengubah persepsi banyak orang. Ketakutan yang tadinya mengaburkan logika, ternyata bisa dikendalikan dan ditangani jika kita berani melihatnya secara objektif. Dengan begitu, keputusan tidak lagi dibuat berdasarkan emosi, tetapi pada kejelasan logis dan pemahaman risiko yang nyata.
Keberanian Adalah Otot yang Bisa Dilatih
Dalam berbagai kesempatan, Ferriss selalu menekankan bahwa keberanian bukan bawaan lahir. Keberanian adalah keterampilan. Dan seperti otot, ia bisa dilatih. Bagaimana cara melatihnya? Dengan membuat keputusan-keputusan kecil yang sedikit tidak nyaman setiap hari.