Seneca: Perlakukan Sahabat Sebagai Orang yang Setia, Maka Ia Akan Menjadi Setia
- Cuplikan layar
Malang, WISATA - “Regard [a friend] as loyal, and you will make him loyal.”
Lucius Annaeus Seneca, filsuf besar Romawi dari aliran Stoikisme, menyuguhkan kebijaksanaan sederhana namun dalam. Ia percaya bahwa kesetiaan bukan semata hasil dari pengawasan, melainkan buah dari kepercayaan. Bila kita menganggap seorang sahabat setia, dan memperlakukannya demikian, maka ia akan terdorong untuk menjadi seperti yang kita yakini: setia.
Seneca menempatkan relasi manusia pada landasan yang paling fundamental: keyakinan dan kepercayaan. Dalam hubungan antarmanusia, khususnya persahabatan, keyakinan terhadap karakter baik seseorang seringkali membentuk realitas hubungan itu sendiri. Bila kita memandang teman dengan prasangka baik, memberi ruang bagi kesetiaan dan ketulusan, kita sesungguhnya sedang menumbuhkan tanah subur bagi tumbuhnya kepercayaan yang sejati.
Mengapa Kepercayaan Adalah Pondasi dari Kesetiaan?
Persahabatan bukan sekadar saling menyapa dan berbagi waktu. Ia adalah hubungan emosional yang dibangun atas dasar kepercayaan, penerimaan, dan kesediaan untuk hadir saat dibutuhkan. Dan dalam semua itu, kesetiaan menjadi nilai inti yang menjaga agar hubungan tetap kuat, bahkan saat jarak, waktu, atau masalah datang menghampiri.
Namun, kesetiaan tidak tumbuh dari ketakutan atau pengawasan ketat. Ia justru tumbuh ketika seseorang merasa dipercaya. Ketika kita diperlakukan seolah-olah kita bisa dipercaya, kita cenderung tidak ingin mengecewakan harapan itu.
Efek Psikologis dari Kepercayaan
Seneca memahami apa yang kini dikenal dalam psikologi modern sebagai self-fulfilling prophecy atau ramalan yang menggenapi dirinya sendiri. Jika kita memperlakukan orang dengan curiga, penuh kontrol, dan selalu mengantisipasi pengkhianatan, besar kemungkinan mereka akan merasa terkekang dan malah menjauh.