Mengapa Filsafat Marcus Aurelius Semakin Populer di Era Digital?
- Cuplikan layar
Ketenangan, kesederhanaan, dan ketangguhan mental ala Marcus Aurelius kini makin dicari di tengah hiruk pikuk media sosial dan tekanan zaman digital.
Jakarta, WISATA – Di tengah era yang serba cepat, penuh notifikasi, konten viral, dan tekanan untuk selalu tampil sempurna, muncul kembali sebuah nama dari 2.000 tahun yang lalu: Marcus Aurelius, Kaisar Romawi yang juga seorang filsuf Stoik. Buku catatannya yang berjudul Meditations kini laris di toko buku digital dan fisik, dikutip jutaan kali di Instagram, Twitter (kini X), TikTok, dan podcast motivasi. Pertanyaannya: Mengapa ajaran seorang kaisar kuno justru makin populer di era digital saat ini?
Jawabannya sederhana namun dalam. Filsafat Stoik Marcus Aurelius menawarkan apa yang paling sulit dicari di zaman modern ini: ketenangan batin, kejernihan berpikir, dan kekuatan menghadapi tekanan hidup.
Marcus Aurelius: Kaisar yang Menulis untuk Dirinya Sendiri
Marcus Aurelius memimpin Kekaisaran Romawi di masa penuh perang, wabah, dan pengkhianatan politik. Namun, di tengah semua itu, ia menulis refleksi pribadinya—tanpa niat untuk dipublikasikan—yang kemudian kita kenal sebagai Meditations. Buku ini menjadi panduan hidup sederhana, tulus, dan sangat jujur tentang bagaimana menghadapi penderitaan, ego, kematian, hingga kesuksesan.
Di era sekarang, di mana semua orang berlomba menunjukkan citra diri terbaiknya secara online, tulisan Marcus justru menekankan introspeksi, kerendahan hati, dan ketulusan. Sebuah ajaran yang terasa langka dan menyegarkan.