Pemikiran Revolusioner René Descartes yang Mengguncang Dunia Ilmu Pengetahuan
- Image Creator/Handoko
Malang, WISATA – Dalam sejarah filsafat dan ilmu pengetahuan, sedikit sekali tokoh yang mampu mengguncang fondasi cara berpikir manusia seperti René Descartes. Dikenal sebagai Bapak Filsafat Modern, pemikiran Descartes telah merevolusi pandangan terhadap eksistensi, pengetahuan, dan metode ilmiah. Ia tidak hanya mencetuskan kutipan legendaris “Cogito, ergo sum” (Aku berpikir, maka aku ada), tetapi juga memperkenalkan kerangka berpikir sistematis yang mendasari perkembangan sains modern.
René Descartes lahir pada 31 Maret 1596 di La Haye en Touraine, Prancis. Ia menerima pendidikan awal di Collège Royal Henry-Le-Grand, tempatnya mempelajari filsafat skolastik dan matematika. Namun, setelah menyadari bahwa banyak prinsip yang diajarkan tidak memberikan kepastian mutlak, Descartes mulai mengembangkan pendekatan berpikir baru yang lebih mendalam dan kritis.
Pemikiran revolusioner Descartes dimulai dari gagasan keraguan metodologis, yaitu menolak semua yang dapat diragukan demi mencari kebenaran yang benar-benar pasti. Menurut Descartes, indra manusia sering menipu dan oleh karena itu tidak bisa dijadikan sumber utama pengetahuan. Ia menegaskan bahwa satu-satunya hal yang tidak bisa diragukan adalah fakta bahwa ia sedang berpikir—sebuah kesadaran akan eksistensi diri yang kemudian ia rumuskan menjadi Cogito, ergo sum.
Dengan prinsip ini, Descartes meruntuhkan fondasi filsafat lama yang sangat bergantung pada otoritas dan doktrin. Ia menggeser titik pusat pengetahuan dari luar ke dalam diri manusia, dari dogma menjadi rasio dan akal budi. Dalam konteks itu, Descartes tidak hanya membebaskan filsafat dari kungkungan tradisi, tetapi juga membentuk metode berpikir ilmiah yang rasional dan objektif.
Pemikirannya kemudian dituangkan dalam beberapa karya besar seperti Discours de la méthode (1637), Meditationes de Prima Philosophia (1641), dan Principia Philosophiae (1644). Karya-karya ini menjadi landasan epistemologi modern, yakni ilmu tentang bagaimana manusia memperoleh pengetahuan yang valid.
Salah satu warisan terbesar Descartes dalam bidang ilmu pengetahuan adalah metode deduktif. Ia menyarankan agar ilmuwan menggunakan pendekatan sistematis dalam menarik kesimpulan dari premis-premis yang sudah diketahui kebenarannya. Cara ini sangat berbeda dengan metode induktif yang digunakan para ilmuwan sebelumnya, yang cenderung mengandalkan pengamatan empiris semata.
Dengan pendekatan deduktif, Descartes menyamakan proses berpikir manusia dengan prosedur matematika. Ia percaya bahwa dengan logika yang ketat dan urutan berpikir yang tepat, manusia bisa mencapai kebenaran absolut. Hal inilah yang mendorong lahirnya revolusi ilmiah di abad ke-17, di mana pengetahuan mulai didekati dengan kerangka yang sistematis dan berbasis rasio.