Trauma Terbawa dalam DNA Anda, namun Sains Mengungkap Cerita yang Lebih Rumit
- pixabay
Malang, WISATA – Saat perang terus berkecamuk di Gaza dan Ukraina ada kekhawatiran tentang bagaimana trauma terkait dapat ditularkan ke generasi mendatang di wilayah tersebut.
Secara umum, minat terhadap gagasan trauma lintas generasi baru-baru ini melonjak. Misalnya, awal tahun ini, majalah National Geographic menanyakan apakah gen membawa trauma keluarga di masa lalu.
Namun, meskipun ini mungkin pertanyaan yang menarik, pertanyaan ini juga sedikit menyesatkan. Karena meskipun trauma dapat menular lintas generasi, dibentuk oleh bagaimana tubuh kita merespons lingkungan, efeknya tidak terprogram dalam gen kita.
Inti dari proses ini adalah apa yang dikenal sebagai plastisitas fenotipik.
Ini adalah kapasitas organisme untuk menghasilkan hasil yang berbeda dari gen yang sama, tergantung pada lingkungannya. Hasil ini, yang disebut fenotipe, dapat mencakup sensitivitas stres dan bentuk tubuh.
Salah satu cara fenotipe yang berbeda dapat muncul dari gen yang sama adalah melalui epigenetika: perubahan kimia kecil pada molekul DNA yang membuat gen tertentu lebih atau kurang aktif. Anggap saja ini seperti catatan sutradara pada naskah. Catatan ini memandu sel pada baris mana yang harus ditekankan atau dilunakkan, tanpa mengubah naskah itu sendiri.
Namun, epigenetika hanyalah salah satu cara plastisitas ini diekspresikan.